Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 2,25%. Namun, para ekonom memprediksi bahwa Bank Indonesia tidak akan mengikuti keputusan tersebut dan suku bunga di Indonesia tetap akan stabil. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan BI antara lain stabilitas inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang masih perlu diperkuat.
IndoPulsa.Co.id – The Fed Naikkan Suku Bunga, Ekonom Prediksi BI Tak Turun
Blog Indo Pulsa – Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) adalah menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2023 sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,75% – 5% atau level tertinggi sejak Oktober 2007, dinilai sesuai dengan ekspektasi. Padahal, sebelum krisis Silicon Valley Bank (SVB), The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Di sisi lain, meski inflasi AS pada Februari 2023 turun menjadi 6% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,4% yoy. Namun, level 6% masih cukup tinggi, sehingga kebijakan The Fed menaikkan suku bunga merupakan langkah melanjutkan kebijakan mengatasi inflasi.
“Tentunya kebijakan tersebut harus dilaksanakan secara lebih terukur dan sebisa mungkin The Fed akan melanjutkan kebijakan mengatasi inflasi tanpa menimbulkan gejolak pada sistem keuangan,” ujarnya.
Kemudian, Bank of England (BOE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) menanggapi kebijakan Fed, menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin dan 50 basis poin.
Sementara itu, lanjut Rully, Bank Sentral Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% hingga akhir tahun ini. Jika dilihat dari survei, inflasi domestik akan tetap stabil.
“Saya merasa karena prospek inflasi domestik akan terus stabil, dan The Fed kemungkinan besar akan berhenti menaikkan suku bunga di 5,25%, BI akan tetap mempertahankan suku bunga di 5,75% hingga akhir tahun ini. “ucap rully.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo pada RDG Maret 2023 juga mengatakan, BI dalam mengambil kebijakan kenaikan suku bunga acuan tidak hanya berdasarkan kenaikan Fed Funds Rate (FFR), tetapi berdasarkan kondisi dasar domestik. perekonomian yang merupakan ekspektasi dan proyeksi inflasi inti ke depan.
Seperti diketahui, hingga Maret 2023 inflasi inti terus melambat menjadi 3,09% yoy, atau terkendali sesuai proyeksi di kisaran 3,0 ± 1%.
“Kebijakan BI khususnya suku bunga didasarkan pada ekspektasi dan proyeksi inflasi ke depan dan perkembangan pertumbuhan ekonomi, jadi tidak dikaitkan dengan Fed Funds Rate, kita memiliki otonomi dalam kebijakan moneter. Inflasi kita turun lebih cepat untuk kembali ke target kita yaitu inflasi inti 3,09%, target kita 3,0 ± 1. Inflasi inti adalah inflasi yang mendasarinya, akan turun sehingga sebagai dasar untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga tidak diperlukan lagi. , itu sudah cukup,” jelas Perry.
Meskipun The Fed naikkan suku bunga, para ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) tidak akan turun. Ini karena sejumlah faktor, seperti melemahnya rupiah dan meningkatnya inflasi. Meskipun demikian, Indopulsa tetap memberi kemudahan dalam transaksi pembayaran digital. Kunjungi Indopulsa.co.id untuk info lebih lanjut.