Eksklusi finansial masih menjadi tantangan besar bagi perekonomian ASEAN. Meskipun ekonomi di kawasan tersebut terus berkembang, masih banyak orang yang tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Eksklusi finansial dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, ASEAN perlu melakukan upaya lebih keras untuk memperluas akses ke layanan keuangan dan mempromosikan inklusi finansial di seluruh kawasan.
IndoPulsa.Co.id – Eksklusi Finansial Masih Menjadi Tantangan Perekonomian ASEAN
Blog Indo Pulsa – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, eksklusi keuangan masih menjadi tantangan besar dan juga faktor kritis dalam perekonomian negara-negara ASEAN. Khusus untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memberikan kontribusi 61% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).
Sekadar diketahui, eksklusi keuangan adalah suatu proses di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengakses dan/atau menggunakan layanan atau produk keuangan di pasar pada umumnya yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tidak dapat menjalani kehidupan sosial di masyarakat tempat tinggalnya.
Menkeu menjelaskan, sesuai data Global Findex 2021 yang dibuat oleh AFC World Bank. Masih terdapat kesenjangan yang sangat lebar pada indeks inklusi keuangan di antara anggota ASEAN.
“Tingkat inklusi keuangan terendah tercatat di kisaran 3% – 70%, tertinggi. Dengan rata-rata 41% itu tidak signifikan karena kisaran indeks inklusi ini sangat luas,” kata Sri Mulyani dalam Dialog Tingkat Tinggi dalam Mendorong Inklusi dan Literasi Keuangan Digital bagi UKM, Rabu, 29 Maret 2023.
Selain kurangnya akses ke layanan keuangan formal yang juga merupakan tantangan yang sangat penting, pencapaian akses ke layanan keuangan formal akan menjadi bagian penting dari UKM. Dimana UMKM memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian khususnya di Indonesia.
Maka, lanjut Sri Mulyani, inklusi keuangan bagi UKM merupakan salah satu agen pulsada prioritas terpenting dalam ekonomi ASEAN dan juga di Indonesia.
“Bagaimana kita mengembangkan ekosistem digital dalam rangka pemberdayaan usaha kecil, menengah dan mikro dan selanjutnya menciptakan tabungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan juga menciptakan pemerataan, tentu tergantung dari inklusi keuangan ini,” jelas Menkeu Keuangan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, inklusi dan literasi keuangan bagi UKM di ASEAN merupakan langkah strategis dan juga bagian penting dari kerangka ekonomi digital ASEAN. Mempertimbangkan pesatnya digitalisasi sektor keuangan, akselerasi ekosistem digital, platform pembayaran digital, dan ekonomi tentu akan meningkatkan inklusi keuangan.
“Ini akan memberikan akses pembiayaan yang lebih besar bagi UKM, serta meningkatkan tabungan ekonomi untuk menjangkau pasar,” tambahnya.
Kemudian, digitalisasi juga akan memberikan tabungan bagi UKM untuk meningkatkan keterampilan dan kapasitasnya.Inovasi dan akselerasi menuju ekonomi digital dan digitalisasi sangat penting untuk pertumbuhan UKM yang lebih produktif dan inklusif.
“Melalui digitalisasi, UKM dapat membaca data secara digital dan juga memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan usahanya menjangkau pasar yang lebih luas, menggali produk dan memahami risiko serta mengoptimalkan kekayaannya melalui investasi,” ujar Menkeu.
Meskipun ekonomi ASEAN semakin maju, eksklusi finansial masih menjadi tantangan yang harus diatasi. Banyak warga ASEAN yang belum memiliki akses ke sistem keuangan, terutama di wilayah pedesaan. Solusinya adalah dengan memperluas akses ke jaringan finansial melalui inovasi teknologi yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Kamu bisa memperoleh informasi lebih lanjut tentang inovasi teknologi keuangan dengan mengunjungi website Indopulsa.