EBA Syariah pertama di Indonesia yang dimiliki oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi incaran para investor. Pengamat pasar modal mengatakan bahwa EBA ini menawarkan potensi keuntungan yang menarik bagi para investor. Selain itu, EBA Syariah juga dianggap sebagai instrumen investasi yang aman dan sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini membuka tabungan bagi BSI untuk terus memperluas portofolio produk investasi syariahnya.
IndoPulsa.Co.id – EBA Syariah Pertama di RI Milik BSI Diburu Investor, Ini Kata Pengamat Pasar Modal
Blog Indo Pulsa — Efek Beragun Aset Syariah berbentuk Surat Partisipasi (EBAS-SP) pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI bekerjasama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF yang laris di kalangan investor.
Bahkan, hasil penawaran umum efek tersebut mendapat order yang melebihi dari yang ditawarkan atau oversubscribed hingga 126%.
Pengamat Pasar Modal Edhi Pranasidhi mengatakan EBAS-SP dengan nama EBAS-SP-SMF-BRIS01 menarik karena menawarkan yield 7% atau 1,5 kali di atas inflasi. Sebagai informasi, inflasi tahunan Indonesia per Mei 2023 sebesar 4%.
“Secara book basis, masuk 7% sudah untung,” kata Edhi dikutip pada 17 Juni 2023.
Baca juga: BSI dan SMF Terbitkan EBA Syariah Pertama di Indonesia
Selain itu, lanjutnya, BSI saat ini memiliki catatan kinerja yang relatif baik di pasar. Sejak awal, bank syariah terbesar di negara ini telah mencatat pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu kondisi tersebut akan meningkatkan minat investor terhadap instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
“Sukses ini [EBAS-SP-SMF-BRIS01] BSI sangat membutuhkannya untuk memperkuat dan mengoptimalkan likuiditas, sehingga dapat memberikan kontribusi lebih pada bottom line-nya,” tambah Edhi.
Dengan rekam jejak BSI, Edhi juga optimis perseroan akan berhati-hati dalam menarik pendanaan dari pendanaan EBAS-SP. Dengan asumsi yield 7%, bank akan mencari margin bagi hasil yang relatif tinggi, dalam memilih segmen yang masih mencatatkan pertumbuhan kuat.
Terpisah, Analis Pasar Modal dari CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan, wajar jika EBAS-SP-SMF-BRIS01 mendapatkan minat pasar yang sangat baik. Hal ini karena kinerja BSI dinilai sehat.
“Bisa saja pelaku pasar atau investor melihat BRIS sebagai bank syariah nasional yang kinerjanya bisa dibilang sehat sehingga bisa memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik,” katanya.
Ia juga menilai capaian emiten berkode BRIS tersebut sejak berdiri awal tahun 2021 membuktikan animo masyarakat terhadap produk keuangan syariah cukup tinggi. BSI, kata dia, mampu memberikan alternatif bagi pasar yang membutuhkan instrumen investasi yang lebih beragam.
Reza melanjutkan, langkah strategis BRIS ini perlu menjadi perhatian bersama. Hal ini, kata Reza, membuka jalan bagi lembaga keuangan syariah lainnya untuk memperkaya sumber pendanaannya. Hal ini karena lembaga keuangan syariah juga memiliki tanggung jawab untuk lebih aktif mensosialisasikan produk keuangan berlabel halal.
“Tidak hanya memahami imbal hasil atau return, tetapi juga perlu memahami mekanisme hingga profil risikonya,” imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, pihaknya berharap dengan terbitnya SMF-BRIS01 EBAS-SP ini dapat mendorong masuknya pasar keuangan dan pasar modal syariah di Indonesia sehingga memberikan dampak ganda di semua sektor.
“Selain itu, diharapkan juga dapat memberdayakan pembiayaan perumahan dengan skema syariah di Indonesia, guna membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kepemilikan rumah,” harap Hery.
Baca juga: Penerbit Hary Tanoe Terbitkan Obligasi Ijarah dan Sukuk dengan Target Rp 1,7 Triliun
Seperti yang telah diketahui, BSI menerbitkan EBAS-SP SMF-BRIS01 dalam 2 tingkatan, yaitu Kelas A yang ditawarkan melalui mekanisme penawaran umum dan Kelas B sebagai bawahan yang berfungsi melindungi Kelas A.
Kelas A ditawarkan melalui penawaran umum dengan umur rata-rata tertimbang atau jatuh tempo rata-rata tertimbang 4 tahun dengan nilai nominal Rp 297,7 miliar. Kelas B dengan total nilai nominal Rp 27,3 miliar atau 8,4% dari total penagihan tagihan, ditawarkan melalui penawaran terbatas.
EBA Syariah pertama di Indonesia yang dimiliki oleh BSI sedang menjadi incaran para investor. Hal ini menunjukkan minat besar terhadap instrumen investasi syariah yang semakin diminati di Indonesia. Pengamat pasar modal menilai EBA Syariah BSI memiliki potensi bagus untuk investasi jangka panjang. Kunjungi Indopulsa untuk informasi lebih lanjut.