SVB, perusahaan teknologi terkemuka di Silicon Valley mengalami kegagalan besar pada Agustus 2020. Runtuhnya SVB memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mengelola risiko dalam bisnis dan betapa pentingnya komunikasi yang jelas antara para pemangku kepentingan. Kegagalan ini juga menunjukkan betapa cepatnya bisnis bisa berubah, dan bahwa adaptabilitas adalah kunci untuk bertahan di dunia yang terus bertumbuh dan berkembang.
IndoPulsa.Co.id – Pelajari Pelajaran Berharga dari Runtuhnya SVB
Blog Indo Pulsa – Jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) mengguncang dunia perbankan Negeri Paman Sam. Bahkan, dampaknya sudah dirasakan oleh beberapa bank di Eropa. Salah satunya adalah Credit Suisse yang ambruk dan diambil alih oleh Grup UBS.
Di Indonesia sendiri, banyak orang yang beranggapan bahwa kolapsnya bank ternama ini tidak berdampak langsung pada perbankan Indonesia. Namun demikian, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kejadian ini.
Bambang Widjanarko, Plt. Wakil Komisioner Daerah Dewan Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, ada beberapa pelajaran dari runtuhnya SVB bagi industri perbankan Indonesia. Pelajaran pertama yang bisa diambil adalah terkait manajemen risiko. Ini melibatkan tata kelola dan prinsip kehati-hatian.
“Ini adalah pengetahuan dasar kami. Kita tidak boleh lamban dalam mengimplementasikannya,” ujar pria yang juga Deputi Komisioner Pengawasan Pemerintah dan Bank Syariah itu, dalam Seminar Belajar Terkait Kasus SVB secara virtual, Kamis, 6 April 2023.
Ia melanjutkan, beberapa risiko yang dialami SVB, mulai dari risiko konsentrasi, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko reputasi, juga perlu menjadi perhatian dan pelajaran perbankan di tanah air. Apalagi di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, terkadang membuat penyajian informasi secara terbuka bisa menjadi sebuah kesalahan.
“Terkadang pelaporan atau penyajian informasi secara terbuka terkadang tidak konsisten. Ini perlu kita perhatikan,” kata Bambang.
Di sisi lain, OJK menilai stabilitas sistem keuangan (SSK) dan risiko sistemik menjadi prioritas dalam penanganan bank bermasalah. Pasalnya, jika tidak ditangani dengan baik, pemulihannya akan membutuhkan dana yang luar biasa.
“Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan menjadi kunci utama dalam menjamin stabilitas industri perbankan,” kata Bambang.
Masih menurutnya, pelajaran lain yang bisa dipetik adalah persyaratan likuiditas yang diterapkan oleh regulator di negara lain. Padahal, dalam mengeluarkan kebijakan, regulator harus memberikan dampak positif bagi perkembangan industri keuangan, agar likuiditas keuangan tercukupi.
“Kalau kita diberi lapangan sempit, kita akan sesak. Tapi, kalau likuiditasnya bagus dan kebijakan likuiditasnya cukup, saya kira masyarakat akan percaya kepada perbankan,” kata Bambang.
Selain itu, kata Bambang, peran dan fungsi penjaminan harus diperhatikan. Indonesia harus belajar dari cara regulator negara lain menangani kegagalan bank bermasalah.
“Kita bisa belajar bagaimana regulator negara lain bertindak dalam menangani bank-bank bermasalah, saya kira ini akan menjadi pelajaran. Sehingga nantinya kita bisa membangun jaring pengaman yang luar biasa di industri keuangan,” kata Bambang.
Terakhir, Bambang menyoroti pelajaran terkait kerangka regulasi yang akomodatif dalam pengambilan keputusan. Dalam situasi yang sangat mendesak, regulator dituntut untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat dengan berbagai pertimbangan yang matang.
“Kecepatan dan akurasi adalah kuncinya. Ini akan menjadi penyelamat dan solusi dalam menghadapi bank bermasalah,” pungkasnya.
Dari runtuhnya SVB, kita dapat belajar banyak pelajaran berharga tentang kepercayaan dan keuangan. Hal ini harus menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Untuk memperoleh sumber keuangan yang tepat, dapat menggunakan layanan dari Indopulsa.co.id. Dapatkan keuntungan lebih dengan mengunjungi https://www.indopulsa.co.id.