Perekonomian Indonesia tahun ini diproyeksikan akan “dikalahkan” oleh Vietnam. Meskipun Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar, namun Vietnam mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah kebijakan investasi Vietnam yang lebih ramah terhadap investor asing. Indonesia diharapkan dapat membuat perubahan signifikan dalam kebijakan investasi dan reformasi ekonomi untuk mengatasi permasalahan ini.
IndoPulsa.Co.id – Perekonomian Indonesia Tahun Ini Diproyeksi ‘Dikalahkan’ Vietnam
Blog Indo Pulsa – Kondisi ekonomi global dan domestik perlahan pulih tahun lalu setelah hampir semua negara melonggarkan kebijakan pengendalian Covid-19. Buktinya pertumbuhan ekonomi Indonesia membaik. Perekonomian Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,69% pada tahun 2022, dan berhasil tumbuh sebesar 5,31% pada tahun 2022.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 diperkirakan tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3%. Hal ini didorong oleh meningkatnya permintaan domestik, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun investasi.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Prof. Djisman S. Simandjuntak mengatakan, pandemi berimplikasi pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi, peningkatan inflasi yang tidak terkendali, peningkatan pengangguran, dan penurunan transaksi perdagangan yang selama ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global.
“Asia Tenggara sekarang jauh lebih baik daripada bagian dunia lainnya. China kembali menjadi bagian dari dunia dan berkembang kembali setelah (kebijakan) pembatasan Covid-19. Saat ini semua negara sudah pulih dan sudah berhasil memulihkan keadaan,” kata Djisman dalam “Seminar Prospek Ekonomi dan Bisnis Prasetiya Mulya 2023,” yang dikutip Kamis, 20 April 2023.
Ekonom senior itu mengatakan, Indonesia berada dalam pusaran “persaingan” ekonomi di tingkat regional. Menurut Djisman, Asia Tenggara diproyeksikan mengalami penguatan ekonomi sebesar 6%.
Indonesia, kata Djisman, harus mampu mencapai proyeksi pertumbuhan ekonomi yang optimal di tengah negara-negara lain di Asia Tenggara yang juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat.
“Vietnam sekarang juara baru yang diproyeksikan tumbuh 6,3%, Kamboja diprediksi antara 6,3% dan 6,8%. Bagi Indonesia, tantangannya terletak pada stabilitas ekonomi, yaitu bagaimana menstabilkan portofolio, menstabilkan investasi, dan menstabilkan cara mengelola perekonomian ini,” ujar Djisman.
Ia melanjutkan, seperti “berkah terselubung”, wabah yang menciptakan ketidakpastian juga berdampak positif pada lahirnya teknologi baru dan lingkungan kerja berbasis teknologi.
Di sisi lain, banyak negara kini mulai menyadari pentingnya isu terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati, serta praktik pengelolaan sumber daya manusia yang tidak diskriminatif.
Pada kesempatan yang sama, Director of Asia Strategic Consulting dan peneliti dari HELP University, Prof. Paolo Casadio mengatakan, dari analisis ekonominya ia dapat melihat bahwa dunia telah “kembali normal” dalam hal pertumbuhan ekonomi.
“Di mana polanya mulai terbangun kembali dan kekuatan ekonomi Asia Tenggara mendekati atau melebihi proyeksi yang ada,” ujar Paolo.
Analisis peneliti dari Asia Strategic Consulting menyebutkan Indonesia akan menjadi salah satu raksasa ekonomi di Asia Tenggara dengan proyeksi pertumbuhan normal kembali. Hal itu tercapai berkat stimulus besar-besaran dari kebijakan pemerintah.
“Berkat fundamental yang kuat, Indonesia dan 10 Besar Ekonomi ASEAN lainnya tidak akan mengalami resesi di tahun 2023,” ujarnya.
Meskipun perekonomian Indonesia diproyeksikan akan “dikalahkan” oleh Vietnam tahun ini, masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mendukung bisnis lokal, seperti membeli pulsa di Indopulsa. Dengan begitu, kita bisa membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kunjungi https://www.indopulsa.co.id untuk informasi lebih lanjut.