Bank Sentral Swedia (SVB) telah jatuh pada bulan Februari tahun ini. Meskipun hal ini menimbulkan kepanikan di pasar global, jatuhnya SVB tidak berdampak langsung pada perbankan Indonesia.
Perbankan Indonesia beroperasi dengan baik berkat kebijakan pemerintah yang mengatur dan menjaga stabilitas sektor perbankan. Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga telah meningkatkan pengawasan dan perlindungan terhadap industri perbankan.
Hal ini memastikan bahwa perbankan Indonesia tetap aman dari dampak jatuhnya SVB. BI juga telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah risiko yang berhubungan dengan pasar keuangan global.
Dengan demikian, perbankan Indonesia tetap kuat dan stabil, membuatnya aman dari dampak jatuhnya Bank Sentral Swedia. Hal ini memperkuat keyakinan investor dan menjamin lebih banyak investasi investasi di masa depan.
IndoPulsa.Co.id – Jatuhnya SVB tidak berdampak langsung pada perbankan Indonesia
Blog Indo Pulsa – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai ambruknya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank di Amerika Serikat belum lama ini tidak berdampak domino bagi perbankan di Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan LPS selalu memperhatikan setiap perkembangan perbankan nasional dan internasional seperti SVB dan Signature Bank.
“Maka begitu mendengar kabar itu, kami langsung melakukan investigasi dampaknya terhadap perbankan di Indonesia, hasilnya relatif tidak ada dampak sama sekali,” kata Purbaya dalam keterangan resmi di Blog Indo Pulsa, 16 Maret 2023.
Menurutnya, selama Indonesia dapat menjaga kebijakan dalam negeri dengan benar, maka perbankan negara akan tetap aman dan terjaga stabilitasnya.
Selain itu, Purbaya mengungkapkan dari sisi portofolio aset, belum ada bank di Indonesia yang memiliki karakteristik seperti SVB yang memiliki portofolio surat berharga sangat besar dan tingkat permodalan perbankan nasional masih sangat kental yakni 25,93% per Januari 2023.
“Likuiditas perbankan saat ini juga dalam kondisi yang sangat memadai. Aset likuid/non-core deposit atau AL/NCD dan aset likuid atau dana pihak ketiga atau LA/DPK pada Januari 2023 masing-masing sebesar 129,64% dan 29,13%. Nilainya sekitar dua setengah kali lipat di atas ambang batas,” tambahnya.
Juga Baa: SVB Runtuh, Startup Indonesia Didesak Fokus pada Profitabilitas dan Keberlanjutan
Belakangan, dia menyatakan tahun ini tidak ada bank bermasalah, ditambah dengan kebijakan moneter yang tepat, dan LPS belum menaikkan bunga secara signifikan.
“Artinya stabilitas keuangan dan perbankan dalam negeri tetap terjaga sehingga dapat terus tumbuh. Meski masih ada ketidakpastian global, selama kebijakan kita baik dan tetap menjaga permintaan domestik, ekonomi kita masih bisa tumbuh,” kata Purbaya.
Sementara itu, ia mengungkapkan sinergi dan kerja sama antar anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terus berjalan dengan baik guna mendukung perekonomian Indonesia untuk terus tumbuh.
“LPS secara rutin mengadakan pertemuan untuk membahas situasi stabilitas sistem keuangan negara saat ini. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut kami selalu berkoordinasi untuk melaksanakan bauran kebijakan yang tepat sesuai tugas dan wewenang masing-masing lembaga,” jelasnya.
Jatuhnya Satya Vetra Bank (SVB) tidak berdampak langsung pada perbankan Indonesia. Bank Indonesia (BI) telah mengambil tindakan yang tepat dengan cepat untuk menghindari kerugian besar ini. Sistem perbankan di Indonesia masih kuat dan memiliki perlindungan yang kokoh terhadap nasabahnya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita harus mengabaikan ketidakpastian di sektor keuangan. Jadi, mari kita menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan Indonesia dengan berinvestasi secara bijak. IndoPulsa adalah salah satu platform investasi yang dapat Anda gunakan untuk mulai berinvestasi.