Kelalaian pelanggan tetap menjadi faktor utama dalam meningkatnya kasus pencurian data. Pada tahun 2018, sebuah laporan menunjukkan bahwa hampir separuh dari kasus pencurian data yang terjadi disebabkan oleh kelalaian pelanggan. Hal tersebut disebabkan karena pelanggan tidak melakukan tindakan pengamanan yang memadai pada data pribadi mereka. Pelanggan juga sering terlalu mudah mempercayai email palsu atau pesan dari peretas. Akibatnya, data mereka dapat dengan mudah diretas. Untuk mengurangi risiko, pelanggan harus lebih teliti dalam memverifikasi informasi yang mereka terima dan memastikan akun mereka selalu aman.
IndoPulsa.Co.id – Kelalaian Pelanggan Masih Menjadi Faktor Utama Meningkatnya Pencurian Data
Blog Indo Pulsa – Saat ini, perlindungan data pribadi masih menjadi perbincangan hangat. Sejumlah kasus peretasan data atau cybercrime masih terjadi dan menimpa beberapa lembaga besar di Indonesia, termasuk salah satunya lembaga perbankan. Selain itu, pelanggaran data akhir-akhir ini juga marak terjadi akibat kelalaian nasabah yang tidak mampu melindungi data perbankannya.
Perbankan masih menjadi pilihan masyarakat untuk menyimpan uangnya. Dengan menyimpan uang di bank, pemilik uang menjadi lebih tenang dan merasa aman. Namun, ternyata masih ada saja nasabah yang merasa kehilangan uang, dan saldo tabungannya berkurang meski tidak menarik uang. Hal ini sejalan dengan masyarakat yang masih kurang peka terhadap pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi.
Pada prinsipnya, seluruh kegiatan perbankan diawasi oleh Dewan Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Oleh karena itu, setiap aktivitas layanan perbankan harus dilakukan dengan hati-hati. Namun, pelanggaran data pelanggan masih terjadi. Banyak faktor yang menjadi pemicu, baik dari sistem perbankan maupun dari nasabah. Namun, selama ini pembobolan data pelanggan umumnya lebih merupakan akibat dari kelalaian pelanggan itu sendiri.
Seperti yang terjadi pada nasabah Bank BTN yang baru-baru ini viral di media sosial. Nasabah mengeluh dananya hilang dari rekening tabungannya, diduga karena tidak bisa merahasiakan data perbankannya. Pelanggan juga mengamuk dengan petugas bank dan menyebutkan 8 bulan. BTN juga mengimbau nasabah untuk menjaga kerahasiaan data pribadi berupa identitas diri, buku tabungan, PIN dan data pribadi lainnya. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan pelanggan.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengakui pembobolan data nasabah selama ini umumnya diakibatkan oleh kelalaian nasabah, terutama dalam menjaga kerahasiaan data pribadi berupa identitas diri, buku tabungan, PIN dan data pribadi lainnya. Menurut dia,
Literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah menjadi salah satu faktor utama penyebab tingginya tingkat kebocoran data nasabah. Tentu hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi regulator.
“Kalau dilihat lebih jauh, itu karena kesalahpahaman, literasi keuangan yang rendah dan kurangnya kesadaran akan risiko kehilangan dana jika tidak melindungi datanya sendiri dengan hati-hati.
Untuk mengatasinya, yang perlu terus ditingkatkan adalah edukasi untuk meningkatkan literasi dan risk awareness,” ujar Piter saat dihubungi di Blog Indo Pulsa, 18 Maret 2023.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial, khususnya terkait perbankan karena dapat memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan. Sehingga dikhawatirkan dapat memicu bank rush seperti yang terjadi di luar negeri yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia. Jika sudah begini, maka efeknya bisa meluas, bahkan bisa menimbulkan krisis.
“Itu tugas kita bersama. Karena penyebaran berita negatif tanpa mengetahui permasalahannya dapat berujung pada penyebaran berita bohong dan dapat membawa implikasi hukum. Sebaiknya jangan berkomentar jika Anda tidak mengerti masalah sebenarnya. Salah bicara, yang kemudian berdampak luas, bisa merugikan diri sendiri dan masyarakat pada umumnya,” kata Piter.
Sementara itu, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menambahkan, peran OJK sangat penting dalam mendorong literasi, edukasi, dan sosialisasi kepada masyarakat Indonesia terkait kerahasiaan data. Dengan demikian, tingkat literasi keuangan masyarakat akan semakin tinggi. Upaya ini akan mampu mengurangi potensi risiko kasus keuangan seperti bank dan lembaga keuangan lainnya yang terpapar pelanggaran data.
“OJK sebagai champion sektor jasa keuangan harus terus melakukan edukasi dan sosialisasi tentang keuangan. Bisa mengandung madu (manfaat) dan racun (potensi risiko) produk dan layanan perbankan,” tambah Paul.
Namun, hal ini kembali lagi kepada pelanggan itu sendiri. Nasabah harus benar-benar memahami risiko yang terjadi jika ceroboh dalam menggunakan layanan perbankan. “Jangan lupa bahwa nasabah atau pengguna juga perlu terus mempelajari dan menjaga keamanan data pribadi terkait produk dan layanan perbankan yang dimilikinya. Data dapat berupa ATM, buku tabungan, nomor rekening, nomor KTP, nama ibu kandung. Semua ini sangat bermanfaat untuk mencegah potensi risiko penipuan yang dapat merugikan pihak bank dan nasabah,” ujarnya.
Terkait pengaduan nasabah Bank BTN yang viral di media sosial. Corporate Secretary Bank BTN Achmad Chaerul mengatakan, permasalahan nasabah tersebut saat ini sedang dalam proses hukum untuk diselesaikan. Masalah ini telah ia laporkan ke pihak penegak hukum, untuk itu pihak perusahaan berharap pelanggan dapat bekerja sama untuk mengatasi masalah ini.
Menurut Chaerul, Bank BTN menjamin keamanan seluruh transaksi nasabah dengan menerapkan Prudential Banking dan Good Corporate Governance sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dia juga meminta semua pihak untuk menghormati proses hukum yang sedang berlangsung agar bisa melihat fakta yang sebenarnya. Bank BTN akan senantiasa berpegang teguh pada asas dan tunduk pada hukum serta tunduk dan melaksanakan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
“Kami berkomitmen untuk menindak tegas setiap pelanggaran hukum dan tidak akan melindungi pihak manapun yang terbukti melakukan pelanggaran hukum,” jelasnya.
Kelalaian pelanggan masih menjadi faktor utama meningkatnya pencurian data di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan kerugian materi yang signifikan, baik bagi para pengguna aplikasi maupun bagi organisasi yang menghasilkan aplikasi tersebut. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran pelanggan tentang risiko keamanan data dan cara untuk menghindari pencurian data. IndoPulsa sebagai sebuah platform yang menyediakan layanan pulsa terbaik, menawarkan solusi untuk mengamankan data pelanggan.