Pemerintah Indonesia memproyeksikan defisit APBN di bawah 2,8% dari PDB pada tahun 2021, yang menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Langkah-langkah penghematan dan peningkatan pendapatan negara menjadi kunci dalam pengendalian defisit APBN. Meskipun demikian, pandemi COVID-19 masih menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dan membutuhkan kebijakan yang tepat untuk menghadapinya.
IndoPulsa.Co.id – Defisit APBN Diproyeksikan Di Bawah 2,8%
Blog Indo Pulsa – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 berada di bawah 2,8%. Ini jauh lebih rendah dari komposisi APBN 2023 yang di bawah 3%.
“Karena hasilnya lebih bagus dan kita rancang APBN kita cukup konservatif, jadi hasil kita masih momentum yang bagus sehingga ini akan menekan defisit,” kata Febrio kepada wartawan di Kementerian Keuangan, Rabu 31 Mei 2023.
Menurutnya, anggaran juga akan terus tumbuh positif, sehingga defisit didorong oleh penerimaan negara yang sangat baik.
“Pengeluaran kita tidak akan berkurang, pengeluaran kita akan tetap tumbuh positif. Jadi ini lebih merupakan bagian penerimaan yang relatif baik. Tapi kita masih berjaga-jaga, kita lihat saja nanti,” kata Febrio.
Baca juga: Kementerian Keuangan optimis kinerja investasi di tahun politik akan sukses
Sementara itu, Kepala Ekonom BCA David Sumual memproyeksikan defisit APBN akan berada di kisaran 2,5% atau lebih rendah, didorong oleh hasil yang baik pada kuartal I 2023.
Meski memasuki triwulan II 2023 dan triwulan II 2023, penerimaan negara bukan pajak atau bukan pajak akan lebih rendah karena harga komoditas mulai menurun.
“Sepertinya akan berkurang sedikit, tapi dari sisi perpajakan dan lain-lain masih cukup baik, dan kita juga cukup banyak menabung dari PNBP tahun lalu, jadi bisa lebih rendah lagi,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjutnya, hal ini didukung karena di mata investor asing, Indonesia juga jauh lebih menarik dibandingkan negara lain yang pengelolaan fiskalnya kurang baik.
“Manajemen fiskal kita jauh lebih baik dari sisi konservatisme, tidak seperti negara maju di masa pandemi. Jadi dilihat dari sisi likuiditas dan juga kebijakan fiskal terlalu luas dan kita lihat pengaruh inflasi terhadap mereka (negara maju) jauh lebih tinggi dari kita,” pungkas David.
Proyeksi defisit APBN di bawah 2,8% adalah kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Dengan mengelola anggaran yang baik, pemerintah dapat memperkuat ekonomi dan mempercepat pemulihan dari pandemi. Indopulsa.co.id menyediakan berbagai layanan keuangan yang dapat membantu masyarakat dan bisnis untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Kunjungi https://www.indopulsa.co.id untuk informasi lebih lanjut.