Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tertekan pada perdagangan hari ini, meski Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya. Pada pukul 11.15 WIB, IHSG turun 0,25 persen ke level 5.913,39.
Keputusan BI untuk menahan suku bunga acuannya bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Namun, investor tetap enggan melakukan aksi beli, sehingga IHSG malah tertekan.
Sebelumnya, BI telah melakukan penurunan suku bunga sebanyak 150 basis poin (bps) sejak April 2020. Selain itu, BI juga mengeluarkan berbagai program kebijakan moneter untuk mendukung ekonomi.
Meski demikian, para investor tetap waspada terhadap kebijakan moneter BI. Hal ini karena tingginya ketidakpastian pandemi Covid-19 yang mendorong investor untuk menunggu sinyal positif dari pemerintah.
IndoPulsa.Co.id – Suku Bunga BI Ditahan, IHSG Malah Tertekan
Blog Indo Pulsa – Berdasarkan keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15-16 Maret 2023, suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) ditetapkan sebesar 5,75%.
Kebijakan interest rate holding ini merupakan yang kedua kalinya sejak BI menaikkan suku bunga secara berturut-turut mulai Agustus 2022. Hingga saat ini, kenaikan suku bunga sebesar 5,75% merupakan yang tertinggi sejak Juli 2019.
Pakar Keuangan Magic Securities, Ratih Mustikoningsih mengatakan, setelah BI mengumumkan suku bunga tetap, hal itu memicu terjadinya koreksi di pasar modal domestik.
Pasalnya, kebijakan ini berpotensi menyebabkan capital outflows seperti terlihat hari ini IHSG terkoreksi -0,94% di 6.565. Investor asing mencatat penjualan bersih di pasar reguler Rp 705,8 miliar,” kata Ratih dalam analisisnya, Kamis, 16 Maret 2023.
Tak hanya itu, IHSG juga mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut, dimana pada periode 13-16 Maret 2023 telah terkoreksi 2,94%. Selain karena faktor domestik, penurunan juga disebabkan oleh kekhawatiran potensi pelemahan pasar keuangan AS akibat Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
Sementara itu, masalah likuiditas Credit Suisse di Eropa juga berpotensi memberikan efek spillover pada pasar keuangan global sehingga pelaku pasar menghindari aset-aset berisiko.
Baca juga: Keputusan BI Pertahankan Suku Bunga Referensi Tepat, Ini Alasannya
Ratih juga menjelaskan keputusan BI mempertahankan suku bunga memberikan sentimen positif dan negatif.
Sentimen positif tersebut tercermin dari inflasi domestik yang mulai melambat pada Februari 2023 sebesar 0,16% mom dari 0,34% mom. Selain itu, BI juga telah meminimalisasi risiko jatuhnya mata uang rupiah di tengah ketidakpastian perekonomian global melalui skema operasi moneter Penerimaan Ekspor (DHE) valas berupa Term Deposit (TD) dalam DHE valas.
“Kebijakan menahan suku bunga berpotensi meningkatkan konsumsi masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap bisa pesat. Penyaluran kredit juga diharapkan dapat terus tumbuh lebih banyak tahun ini,” tambahnya.
Sentimen negatif datang dari Bank Sentral Eropa (BoE) dan Amerika Serikat (The Fed) yang masih memberikan sinyal hawkish pada kebijakan moneter menyusul inflasi yang masih jauh dari sasaran, sehingga kebijakan tersebut berpotensi menyebabkan arus keluar modal di negara tersebut. pasar keuangan domestik, salah satunya di pasar saham.
Terlepas dari kebijakan TD Valas DHE, BI harus memberikan kurs valas yang kompetitif di era suku bunga tinggi di beberapa negara. Dengan demikian, nilai tukar Rupiah dapat terjaga dan dampak inflasi impor dapat diminimalkan.
.
Meskipun Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan pada level 4,25 persen, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tertekan. Hal ini mencerminkan sentimen investor yang masih kurang meyakinkan. Investor menanti indikator ekonomi lainnya yang dapat mendorong penguatan IHSG. Ayo Pesan Pulsa Online untuk mendukung bisnis Anda.