Palm Co Akan Perkuat Industri Kelapa Sawit Nasional

Palm Co, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia, berencana untuk memperkuat industri kelapa sawit nasional dengan terus meningkatkan produksi dan inovasi teknologi. Hal ini diharapkan dapat membuka saham kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Palm Co juga berkomitmen untuk mengimplementasikan program keberlanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem demi menjaga lingkungan hidup yang sehat. Dengan demikian, Palm Co siap berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

IndoPulsa.Co.id – Palm Co Akan Perkuat Industri Kelapa Sawit Nasional

Blog Indo Pulsa – Kebijakan pemerintah melalui Kementerian BUMN yang mengusulkan pembentukan Palm Co, sebagai sub-holding Grup PTPN, yang khusus mengelola bisnis kelapa sawit dari hulu hingga hilir, dinilai merupakan kebijakan yang sangat tepat.

Profesor Didin S. Damanhuri, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan pembentukan Palm Co akan menguntungkan perusahaan, industri sawit dan perekonomian nasional, oleh karena itu perlu dilaksanakan secara konsisten.

Ia mengatakan, pembentukan Palm Co akan mendukung program hilirisasi sumber daya alam, khususnya perkebunan komoditas kelapa sawit (Crude Palm Oil/MSM) di Indonesia.

“Ini langkah yang sangat bagus. Jika Palm Co dibentuk dalam konteks hilir, saya pikir ini sudah tepat. Menurut saya begitu,” jelas Didin S Damuri yang juga merupakan pendiri dan ekonom senior INDEF dikutip pada 23 Maret 2023.

Bagi industri sawit tanah air, lanjutnya, kehadiran Palm Co akan meningkatkan nilai tambah MSM di Tanah Air, mengingat saat ini Indonesia baru memproduksi 47 produk yang dihasilkan MSM. Itupun menurutnya belum komersial.

Bahkan, jelasnya, Malaysia telah memproduksi sekitar 100 jenis produk turunan LSL dan hampir seluruhnya telah dipasarkan di pasar regional maupun internasional. Sedangkan Indonesia masih bergantung pada MSM dan minyak goreng.

“Keberadaan PalmCo dalam konteks hilirisasi merupakan langkah yang sangat baik, asal jangan setengah-setengah karena produk turunan sawit sangat berbeda,” ujarnya.

Didin mencontohkan salah satu produk turunan MSM yang sedang dikaji oleh peneliti IPB dan Taiwan, yaitu memproduksi gula dari MSM karena tebu dianggap tidak efisien dalam penggunaan lahan dan produktivitas tanaman.

“Kebetulan IPB baru saja menandatangani kontrak dengan perusahaan Taiwan tentang bagaimana sawit bisa menghasilkan gula. Ini lebih produktif daripada tebu. Sehingga jika IPB berhasil, PTPN bisa langsung membeli hak patennya. Masih banyak lagi contoh produk turunan MSM hasil inovasi dalam negeri yang bisa dikomersialkan melalui Palm Co,” jelasnya.

Sementara untuk perekonomian nasional dan negara, katanya program hilirisasi MSM yang didukung oleh Palm Co mampu meningkatkan devisa dari ekspor produk turunan yang akan dihasilkan.

“Lihat, kalau dengan CPO Indonesia mampu mengumpulkan devisa ekspor tahun lalu sekitar Rp 530 triliun, tentu dengan hilirisasi lebih besar lagi,” jelasnya.

Namun, dia mengingatkan, untuk mencapai target tersebut tidak hanya membutuhkan dukungan teknologi, permodalan, tetapi juga pemasaran yang cerdas, untuk mengukur daya saing dengan produk yang sudah dihasilkan negara lain.

“Untuk itu, Pemerintah harus memastikan pemilihan Direksi di Palm Co dilakukan secara ketat. Dewan direksi harus berstandar internasional, dari perspektif manajemen dan R&D hingga menemukan produk baru dengan benchmark minimal untuk Malaysia,” jelasnya.

Di sisi lain, Didin S Damanhuri mengingatkan industri sawit Indonesia juga memiliki sisi gelap, yakni diduga adanya kartel sawit.

Pemerintah melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menurutnya harus bisa mengatasi masalah ini, agar perusahaan yang ingin berkembang seperti Palm Co bisa maju pesat, sesuai mekanisme pasar.

Lebih lanjut dia mengingatkan, jika menengok ke belakang, regrouping dan restrukturisasi sebenarnya sudah mulai dibahas pada masa Menteri BUMN Tanri Abeng di awal era reformasi pada 1998. Namun, jelasnya, belum terealisasi.

“Akhirnya, aku terlihat cukup serius. Saya mengikuti perkembangan, dibentuk holding, Palm Co, kemudian ada hilir sawit. Saya kira ini sudah tepat, asal implementasinya konsisten,” imbuhnya.

Seperti diketahui dalam pengumuman rencana merger tersebut, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan melebur menjadi PTPN IV atau yang kemudian dikenal dengan Sub Holding PalmCo.

Dari hasil konsolidasi tersebut, PalmCo akan menjadi salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia dari segi luas lahan, yang akan mencapai lebih dari 600 ribu hektar pada tahun 2026, dan akan menjadi pemain utama industri kelapa sawit dunia.

Terkait minyak goreng, PTPN akan mampu meningkatkan produksi minyak goreng curah dalam negeri dan meningkatkan produksi CPO. Melalui PalmCo, diharapkan pada tahun 2026 PTPN mampu memproduksi 1,8 juta ton minyak goreng.

Kemudian, untuk membantu pencapaian target bisnisnya terutama dalam hal dukungan permodalan, efisiensi dan transparansi tata kelola perusahaan, PalmCo ditargetkan IPO pada 2023 dan memperoleh modal baru sekitar Rp 5 triliun hingga Rp 10 triliun.

Menurut PTPN Holding, merger PalmCo direncanakan berlangsung pada Mei 2023.

Palm Co Akan Perkuat Industri Kelapa Sawit Nasional dengan inovasi dan teknologi terbaru yang mampu meningkatkan produksi dan keberlanjutan lingkungan. Dukungan tersebut akan membantu Indonesia mempertahankan posisinya sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Mulai sekarang, dapatkan informasi terbaik seputar kelapa sawit dan industri terkait hanya di indopulsa.co.id.

indopulsa logo

Aplikasi jual pulsa & kuota paling murah, voucher game, emoney / uang elektronik, token listrik, voucher internet, tv dan bayar tagihan online paling lengkap di Indonesia dengan sistem satu saldo deposit untuk semua layanan.

Contact

PT. KIOS PULSA INDONESIA

Nguntoronadi RT25 RW01, Kec. Nguntoronadi Kab. Magetan, Jawa Timur 63383