Pasar keuangan selalu berfluktuasi dan memberikan risiko bagi investor. TCW, perusahaan investasi global, memperhatikan empat risiko utama: risiko kredit, likuiditas, pasar, dan operasional. Penting bagi investor untuk memahami risiko ini dan melakukan diversifikasi portofolio untuk mengurangi dampak fluktuasi pasar. TCW juga menyarankan untuk memilih manajer investasi yang berpengalaman dan memiliki rekam jejak yang baik.
IndoPulsa.Co.id – Pasar Keuangan Berfluktuasi, 4 Risiko Ini Jadi Perhatian TCW
Blog Indo Pulsa – Kondisi pasar keuangan domestik dinilai cukup tidak menentu. Situasi ini disebabkan oleh pengaruh gejolak ekonomi dan pasar keuangan global. Di dalam negeri, situasi menjelang tahun politik juga harus dicermati untuk mengoptimalkan pengelolaan investasi.
Hal itu diungkapkan Budi Hikmat, Kepala Ekonom Bahana TCW Investment Management, anak usaha Indonesian Financial Group (IFG). Menurutnya, ada empat risiko yang menjadi perhatian Bahana TCW seperti risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko inflasi.
“Keadaan pasar keuangan saat ini cukup tidak menentu, ditambah dengan meningkatnya sentimen dari dalam negeri menjelang pemilu, ada risiko yang perlu diperhatikan jika ada perubahan kebijakan fiskal dan moneter yang dapat mempengaruhi kebijakan tertentu. industri,” kata Budi. dikutip pada Rabu, 14 Juni 2023.
Tantangan menjaga keseimbangan antara faktor eksternal dan internal di tengah volatilitas pasar keuangan global yang tentunya akan mempengaruhi pasar domestik bukanlah perkara mudah. Investor obligasi mengharapkan Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan pada 5,25%, setelah pengetatan moneter yang sangat agresif sejak tahun lalu dengan kenaikan suku bunga.
Bahana TCW menilai risiko bunga dan risiko inflasi saat ini terjaga dengan baik. Demikian juga dengan inflasi yang menurun sejak awal tahun 2023 menjadi 4% pada Mei 2023. Sedangkan nilai tukar rupiah menurut kurs sentral BI pada 5 Juni 2023 turun menjadi Rp15.078, perlahan turun menjadi sekitar Rp14.948 pada 13 Juni 2023.
”Selain menjaga keseimbangan berbagai risiko yang ada, kami juga cukup ketat dalam memilih saham yang akan diinvestasikan. Bisa saja suatu perusahaan ingin berinvestasi pada saham tertentu, namun setelah kami analisa ternyata saham tersebut cukup riskan. , maka kami menyiapkan proposal agar perusahaan mempertimbangkan kembali opsi saham tersebut,” tambahnya.
Melihat kondisi pasar sepanjang tahun ini, Bahana TCW memilih menambah alokasi asetnya di surat berharga ketimbang saham. Strategi tersebut terbukti mampu mencatatkan kinerja yang positif, seperti terlihat pada indeks IBPA Surat Berharga Negara (SUN) yang telah mencapai 5,57% hingga akhir Mei. Sedangkan kinerja saham meningkat minus 0,45%, termasuk dividen.
Menurut Bahana TCW, kestabilan nilai tukar rupiah dan 7-day repo rate yang lebih tinggi dari inflasi tahunan memberikan momen bagi BI untuk menurunkan suku bunga. Namun, BI kemungkinan akan lebih fleksibel dalam menurunkan suku bunga setelah The Fed melakukan tapering. Bank Indonesia dapat memberikan ruang moneter yang lebih akomodatif melalui kebijakan makroprudensial seperti penurunan giro wajib minimum.
”Ke depan, potensi penguatan saham lebih terbuka, setelah reli di pasar obligasi. Yield yang lebih rendah akan menurunkan risk-free rate sehingga meningkatkan valuasi saham,” tutupnya.
Ari Astriawan
Dalam menghadapi pasar keuangan yang fluktuatif, TCW memperhatikan 4 risiko utama yang bisa terjadi. Risiko tersebut antara lain risiko kredit, likuiditas, pasar, dan operasional. Untuk mengatasi risiko tersebut, TCW memastikan memiliki strategi investasi yang tepat. Bagi kamu yang ingin tahu lebih lanjut tentang investasi, kunjungi Indopulsa.co.id.